"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu" (QS Muhammad/47 : 7)

16 Februari 2013

Jalal dan Jamal

Jalal dan Jamal. Hmm.... Kayaknya pernah denger ya? Tapi dimana ya?
Kalau kita perhatikan lagi buku agama sd atau smp kita, dimana kita belajar 20 Sifat Allah, kita akan menemukan sifat Jalal dan Jamal yang merupakan gabungan atau penggolongan dari pada sifat-sifat Allah itu.

Secara singkat, dapat kita katakan bahwa Allah memiliki dualitas sifat dalam satu kesatuan, yakni Jalal dan Jamal. Maksud dari dualitas dalam satu kesatuan adalah bahwa kedua sifat ini tidak pernah terpisah, selalu ada Jalal dalam Jamal, dan Jamal dalam Jalal. Hanya saja bagaimana kita "menyadari" dan "menyingkapi" keadaan lah yang membuat seolah Allah hanya tampil dari salah satu sifatnya itu,

Sebelum beranjak lebih lanjut, mungkin lebih baik jika kita mengingat-ingat lagi apa itu sifat Jalal dan apa itu sifat Jamal. Jalal adalah sifat Ke-Maha Perkasa-an Allah S.W.T, yang dimana dari sifat Jalal ini dapat dicabang lagi menjadi banyak nama seperti Maha Kuasa, Maha Perkasa, Maha Berkehendak, Maha Besar, dll. Sedangkan Jamal, adalah sifat Keindahan dari Allah S.W.T, yang dimana dari sifat ini dapat dicabang lagi menjadi banyak nama seperti Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun, Maha Pemelihara, dll.

Bagaimana menyingkapi sifat Allah juga akan berpengaruh pada bagaimana kita memahami hubungan Allah pada kita. Dari sudut pandang Jalaliah, hubungan kita, manusia, dengan Allah adalah transcendent, atau dalam bahasa arabnya adalah tanzih. Tanzih atau transcendent adalah dimana jarak kita dengan Allah sangat lah jauh, dimana Allah adalah Tuhan Yang Maha Besar, dan kita adalah hamba yang sangat lemah dan tak memiliki segala daya dan kekuatan. Dari sinilah muncul rasa takut kita pada Allah atau yang disebut Makhoffah. Dari sudut pandang Jamaliyah, hubungan kita dengan Allah adalah immanent, atau dalam bahasa arab disebut tasbih. Tasbih atau immanent adalah dimana jarak kita dengan Allah terasa sangat lah dekat, yang dimana disebut bahwa Allah lebih dekat dibanding nadi kita sendiri. Allah bagi kita layaknya kekasih, atau mungkin teman dimana kita selalu dapat bersandar, memohon, dan meminta pertolongan. Dari sinilah muncul rasa cinta kita kepada Allah atau yang disebut Mahabbah.

Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, Jalal dan Jamal adalah dualitas dalam kesatuan. Kita tidak boleh "melupakan" salah satu aspek dari dualitas sifat Allah ini. Adalah suatu kesalahan besar jika kita melupakan salah satunya, dan hanya melihat sifat Allah ini dari satu sisi. Seperti misal seseorang hanya melihat sifat Jalal Allah dan lupa akan sifat jamalnya. Maka, dalam penerapan agama Islam dalam kehidupan sehari-harinya, ia hanya akan merasa takut dan tidak merasakan cinta. Semua ia lakukan berdasarkan rasa takut kepada Allah. Bahkan ketika ia memohon dan meminta, yang ia rasakan bukan lah limpahan kasih sayang Allah namun ia meminta layaknya seorang budak dengan majikannya. Ketika ia berdzikir ia seperti sedang memuji-muji atasannya, tidak merasa bahwa ketika ia sedang berdzikir sebenarnya ia tengah berbagi kasih pada Allah, dan Allah sedang melimpahkan seluruh cinta dan rasa damai pada kita. Kejadian yang seperti ini sering lah terjadi, dan dampaknya bukan hanya individu tersebut dengan Allah, namun juga pada orang disekelilingnya. Ia akan menjadi orang yang kaku dalam menerapkan agama, karena yang ia rasakan hanyalah rasa takut pada Allah, dan lupa akan aspek cinta dalam agama. Ia hanya ingat bahwa Allah itu Mahamerajai, Mahaberkehendak dan Mahaberat siksa-Nya, dan tak ingat dengan Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun, Mahaluas maafnya.

Sedangkan di sisi lain, bagaimana jika kita hanya melihat Allah dari sisi Jamal nya? Kita menjadi lupa akan rasa takut kita kepada Allah, dan yang kita ingat hanya lah bahwa Allah itu Maha Pengampun dan Mahaluas maafnya, dan kita menjadi longgar dalam melakukan ibadah kita, dan lama-kelamaan secara tidak disadari syaitan akan mulai masuk mempengaruhi dan mengarahkan kita pada perbuatan maksiat. Namun sepertinya kasus ini sangat lah jarang terjadi, karena biasanya orang yang longgar ibadah sejak awal bahkan "lupa" pada  kedua sifat Allah ini, bahkan lupa akan "kehadiran Allah" dalam hidupnya.

Sebagai penutup, saya ingin mengingatkan kembali mengenai sifat Allah agar kita semua tidak menjadi bingung dengan ini. Adalah Dzat Allah dengan sifat Absolut (tak terbatas) dan Radiant (memancar). Karena Ia absolut, maka ia melingkupi semua nama dan sifat, dan karena Ia memancar maka nama-nama Nya dapat termanifestasi dalam alam dunia ini (Dengan adanya yang Maha Menghidupkan, di dunia ini dapat lahir makhluk baru, dengan adanya nama Maha Pemelihara, terpeliharalah semua makhluk di alam dunia ini). Absolut yang berarti tak terbatas dan melingkupi semua nama, harus digolong-golong kan untuk dapat dipahami manusia. Maka pertama Sifat-Nya digolongkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu Jalal dan Jamal. Lalu dari 2 penggolongan ini didapat lagi 20 Sifat  Allah, dan selanjutnya lagi ada yang menggolongkannya 99 nama atau pun 1000 nama Allah. Penggolongan nama Allah ini bukan lah suatu perkara besar, karena pada dasarnya Allah bersifat Absolut atau Tak Terbatas

Pada akhirnya, semoga artikel ini dapat bermanfaat sebagai pembuka wawasan sekaligus renungan kita, bagaimana kita menyingkapi Allah dengan dualitas sifat-Nya ini. Dan dimana kita juga harus ingat, Selalu ada Jalal dalam Jamal, dan Jamal dalam Jalal. Wallahu 'Alam

Walhamdulillahi Robbil Alamin



Admin #5
Div. Umat, Dept. Syiar
Rohis SMAN 28 Jakarta

1 komentar:

  1. Hebat.. Temen SMA sudah tau masalah ini.. rasa nya orang yg sudah dewasa pun belum banyak yang faham terkait Hal ini.. terus gali potensi diri.. semoga mrncapai tajalli.. amiin

    BalasHapus

Search